Selasa, 03 Agustus 2010

Tips Berpuasa Untuk Anak Kebutuhan Khusus


1. JAM TIDUR ANAK
Saat bulan Ramadhan jadwal aktivitas anak berbeda dengan sebelumnya. Dalam bulan tersebut aktivitas anak bertambah dengan kegiatan shalat tarawih, makan sahur atau kegiatan pesantren kilat. Bila jam tidur ini berkurang atau berbeda dengan sebelumnya akan mempengaruhi keseimbangan fisiologis tubuh yang sebelumnya sudah terbentuk
Gangguan keseimbangan fisiologis tubuh ini akan berakibat menurunkan fungsi kekebalan tubuh yang berakibat anak mudah sakit. Sebaiknya orangtua harus ikut merencanakan dan memantau jadwal aktivitas anak termasuk jam tidur anak dengan cermat.

2. ASUPAN GIZI
Pengaruh lain yang harus diamati adalah pengaruh asupan gizi pada anak. Jumlah, jadwal dan jenis gizi yang diterima akan berbeda dengan saat sebelum puasa. Dalam hal jumlah mungkin terjadi kekurangan asupan kalori, vitamin dan mineral yang diterima anak
Aktivitas yang bertambah ini juga akan meningkatkan kebutuhan kalori, vitamin dan mineral lainnya. Padahal saat puasa relatif pemenuhan kebutuhan kalori lebih rendah. Bila keseimbangan asupan gizi terganggu dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh sehingga anak mudah terserang penyakit. Dalam keadaan seperti ini tampaknya pemberian suplemen vitamin cukup membantu.
Parameter yang paling mudah untuk melihat asupan kalori cukup adalah dengan memantau berat badan anak. Bila berat badan anak tetap atau meningkat mungkin puasa dapat dilanjutkan. Tetapi bila berat badan menurun drastis dalam jangka pendek sebaiknya puasa harus dihentikan
Demikian pula dengan jenis asupan gizi yang diterima. Variasi dan jumlah makanan yang didapat saat bulan puasa akan berbeda dengan sebelumnya. Saat bulan puasa variasi makanan yang tersedia biasanya lebih banyak. Pada penderita alergi pada jenis makanan tertentu harus diwaspadai karena dapat berpengaruh terhadap gangguan kesehatan. Menurut pengalaman sehari-hari, kasus alergi makanan pada anak cenderung meningkat saat bulan puasa.
3. KESTABILAN EMOSI
Kegiatan puasa berpengaruh terhadap perkembangan emosi, perkembangan moral dan perkembangan psikologis anak. Tidak dapat disangkal lagi bahwa ibadah puasa mempunyai pengaruh positif terhadap pendidikan perkembangan anak
Tetapi harus diwaspadai bahwa aktivitas puasa juga dapat berpengaruh negatif bila tidak mempertimbangkan kondisi taraf perkembangan anak. Hal ini terjadi bila ibadah ini dilakukan dengan paksaan dan ancaman. Dalam keadaan normal emosi dan perilaku anak sangat tidak stabil. Saat puasa yang dalam kondisi lapar dan haus akan sangat mempengaruhi kestabilan emosi dan perilaku anak.
4. HINDARI PUASA
Kondisi umum yang harus diwaspadai dalam melakukan puasa pada anak adalah anak yang mudah sakit (mengalami infeksi berulang), gangguan pertumbuhan, penyakit alergi atau asma serta gangguan perilaku (Autis, Attention Deficit Hiperactivity Disorder-ADHD, dll.
Keadaan yang harus dihindari berpuasa pada anak praakil baliq adalah penyakit infeksi akut (batuk, pilek, panas), infeksi kronis (tuberkulosis dll), penyakit bawaan gangguan metabolisme, jantung, ginjal, kelainan darah dan keganasan. Meskipun infeksi akut virus seperti batuk, pilek atau panas yang dialami ringan, bila kondisi tubuh turun seperti berpuasa akan menimbulkan resiko komplikasi yang berat.
Puasa pada anak mungkin dapat dilakukan, tetapi harus cermat memperhatikan kondisi normal psikobiologisnya. Bila kondisi itu tidak diperhatikan maka puasa merupakan beban bagi mental dan kesehatan anak, selanjutnya akan mengganggu tumbuh-kembang anak. Namun bila puasa dilakukan dengan mempertimbangkan dengan cermat kondisi anak maka dapat menjadi ajang mendidik perkembangan moral dan emosi anak.

Diambil dari http://www.rumahautis.org/v2/konsultasi/298--hal-penting-yang-harus-diperhatikan-saat-anak-autis-belajar-berpuasa.html